IFA UPDATE NEWS.COM “AKURAT, TAJAM, SESUAI FAKTA.” ALARM UNTUK PEMERINTAHAN PRABOWO-GIBRAN

ALARM UNTUK PEMERINTAHAN PRABOWO-GIBRAN



Saiful Huda Ems: “Keputusan Anugerahi Soeharto Pahlawan Nasional Adalah Blunder Politik Besar”

Jakarta – Ifaupdetenews.com

Keputusan pemerintahan Prabowo-Gibran yang menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada mantan Presiden Soeharto menuai kritik tajam dari berbagai kalangan. Salah satunya datang dari Saiful Huda Ems (SHE), seorang lawyer, analis politik, sekaligus aktivis 1998, yang menilai langkah tersebut sebagai “blunder politik besar” yang berpotensi menimbulkan gelombang perlawanan rakyat terhadap pemerintahan baru ini.

Dalam pernyataan tertulisnya, SHE menegaskan bahwa keputusan tersebut bukan hanya melukai rasa keadilan publik, tetapi juga membuka kembali luka sejarah bangsa terkait pelanggaran hak asasi manusia dan warisan kelam Orde Baru.

 “Perlawanan besar dan sengit dari rakyat terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran akan terjadi di masa mendatang. Ketika itu terjadi, pengampunan rakyat terhadap Prabowo sebagai eks pelaku penculikan aktivis 1998 tak akan berarti lagi,” tegas SHE dalam keterangan yang diterima redaksi, Selasa (12/11/2025).


Pengampunan Rakyat yang Diabaikan

Menurut Saiful Huda Ems, kemenangan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024 sesungguhnya adalah bentuk pengampunan rakyat terhadap masa lalunya yang kelam. Namun, langkah politik yang justru menghidupkan kembali simbol-simbol Orde Baru—termasuk pemberian gelar kehormatan kepada Soeharto—dinilai mengkhianati kepercayaan itu.

“Prabowo seolah lupa bahwa konsolidasi kekuatan Orde Baru sudah terputus sejak 1998. Yang kini tumbuh dan mengakar justru kekuatan civil society yang menolak militerisme dan absolutisme kekuasaan,” ujar SHE.

Ia menilai bahwa Prabowo telah mengabaikan semangat reformasi yang memperjuangkan pemerintahan sipil, kebebasan pers, dan demokrasi yang berkeadaban. “Rakyat telah memaafkan masa lalunya, tapi bukan untuk melihatnya mengulang kesalahan sejarah,” tambahnya tajam.


Kritik terhadap Nepotisme dan Ketundukan pada Asing

Dalam analisisnya, SHE juga menyoroti kecenderungan pemerintahan Jokowi dan Prabowo yang dinilai mengulangi pola KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) ala Orde Baru, bahkan secara lebih terang-terangan.

“Jika di masa Soeharto praktik KKN dilakukan terselubung, kini justru keluarga dan kroni dekat diangkat menjadi pejabat negara dan menguasai BUMN untuk memperkaya diri dan kelompoknya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, SHE menilai kesalahan paling fatal dari Soeharto bukan semata KKN, melainkan ketundukannya terhadap kekuatan asing, kolaborasi dengan CIA, dan penghancuran ideologi nasional yang berpihak pada kemandirian bangsa.

 “Soeharto menghancurkan karakter bangsa dari pejuang menjadi pengikut. Ia menjual kedaulatan ekonomi kepada kapitalisme global,” tulis SHE.


Prabowo Dinilai Mengulang Jejak Mertuanya

Menurut SHE, tanda-tanda pengulangan kesalahan sejarah sudah tampak nyata. Ia menyinggung rencana impor pesawat tempur bekas dari Qatar, pinjaman luar negeri dalam jumlah besar, hingga proyek food estate yang merusak hutan dan ekosistem lingkungan.

“Jika Soeharto pernah mengimpor kapal perang bekas dari Jerman Timur, Prabowo kini melakukan hal serupa dengan pesawat tempur Mirage 2000-5 dari Qatar. Jika Soeharto tunduk pada IMF, Prabowo kini menunduk pada kapital asing melalui pinjaman luar negeri,” jelasnya.

Ia juga menyinggung data impor sampah plastik yang sempat dilakukan di masa pemerintahan Jokowi, sebagai bukti lemahnya kedaulatan lingkungan dan ekonomi.

“Prabowo bersama Jokowi memberi keleluasaan penuh bagi kekuatan asing untuk merampok kekayaan alam Indonesia,” tegas SHE.


Alarm untuk Masa Depan Bangsa

Di akhir pernyataannya, Saiful Huda Ems mengingatkan bahwa bangsa ini tengah berada di persimpangan sejarah yang menentukan. Ia menyebut pemerintahan Prabowo-Gibran tengah menghadapi “alarm moral” dari rakyat, yang akan terus berdering jika pemerintah mengabaikan nilai-nilai reformasi dan keadilan sosial.

“Ketiganya—Soeharto, Jokowi, dan Prabowo—memiliki kesamaan: takut dan tunduk pada kekuatan asing, hingga melupakan martabat bangsanya sendiri. Padahal di masa Bung Karno, Indonesia sempat menjadi teladan bagi dunia ketiga di Asia, Afrika, dan Amerika Latin,” pungkas SHE.


Reporter: Tim Redaksi

Editor: Ifa

Sumber: Pernyataan Saiful Huda Ems (SHE), 12 November 2025

Media: Ifaupdetenews.com – Tepat, Lugas, Konsisten

Lebih baru Lebih lama